Sebuah lembaga penelitian melakukan penelitian di sebuah
bintang yang waktu paruhnya hampir habis dan hampir menjadi sebuah planet.
Mereka mengirim dua buah tim dengan masing-masing tiga orang anggota untuk
meneliti bintang tersebut. Tim pertama menuju ke bagian ekuator dan tim kedua
menuju daerah kutub, mereka saling memberi laporan.
Seperti yang diprediksi tim
pertama, bagian ekuator menunjukkan suhu 42 derajat celcius. Mereka mengenakan
baju khusus agar tidak mengalami dehidrasi dan kematian di suhu yang tinggi
ini. Tim kedua yang menuju kutub
melaporkan semakin bergerak ke selatan mereka semakin dicekam suhu dingin.
Mereka mengatakan suhu sekarang mencapai minus 5 derajat celcius. Daerah itu
sangat berangin dan mungkin sering terjadi badai. Anehnya, dengan suhu minus
itu tidak terbentuk es. Hanya batu-batu dan daratan luas tanpa ada apapun di
permukaannya.
Tim kedua masih terus menyusuri wilayah yang makin mendekati
kutub. Semakin bergerak ke inti kutub suhu terus saja turun, walaupun mereka
telah mengenakan seragam khusus cuaca ekstrim tapi penurunan suhu terus
mmenerus membuat mereka merasa kedinginan. Lalu mereka memasuki wilayah dengan
suhu minus 25 derajat. Ini sama dengan suhu di kutub utara bumi.
Tim pertama menghubungi mereka kembali.
“Bagaimana keadaan di sana?”
“minus 25 derajat celcius. Angin semakin kencang.”
“Kau menemukan sesuatu?”
WHHUUUSSSS……….
Alat komunikasi mereka bergemerisik karena suara angin.
Beberapa saat lamanya tim pertama tidak mendengar apa-apa selain suara
gemerisik angin yang ribut.
“Zero-one bagaimana keadaan sekarang?”
Angin telah tenang kembali.
“Zero-two, Zero--..!!!”
“Apa? Ada apa di sana??”
“Zero-two, bagaimana keadaan tim zero-one sekarang?”
“Kapten! Aku tidak tahu. Daerah Zero-one sangat rawan”
“Zero-one, berikan laporanmu..!”
“A, aku tidak tahu apa yang terjadi. Siapa kau? Dimana aku
sekarang? Bukankah seharusnya aku ada di rumah?”
“Zero-one, jangan bercanda”
“Aku benar-benar tidak mengerti, tempat apa ini? Apa itu zero-one?”
Tim kedua yang dihubungi tersebut seakan melupakan alas an
mengapa dia ada di sana. Seakan dia kehilangan ingatannya.
Setelah itu gemerisik angin lagi. ketika tim pertama
menghubungi lagi, mereka tidak pernah menjawab lagi.
---Ari Sofiyanti---
---Ari Sofiyanti---
Komentar
Posting Komentar