Langsung ke konten utama

Sad story Cerpen Chiisana Negai Hoshi

Chiisana Negai Hoshi

“Kakak! Tangkap kelincinya!!” teriak Mika kecil kepada kakak perempuan satu-satunya itu. Mika kecil sangat senang bermain kejar-kejaran di taman kota yang luas itu. Di sana segala macam bunga dan tumbuhan ada, bahkan kelinci kecil, burung-burung, dan ikan berenangan di sungai kecil.
“Mika, Kakak capek sekali…” kata kakaknya sambil tersenyum. Dia sampai heran adik kecilnya itu mempunyai kapasitas paru-paru seberapa besar, sepertinya dia tidak pernah lelah berlari.
“Ahahaha….! Kalau aku yang berhasil menangkap kelinci kecil itu, aku yang menang!” Mika tertawa dengan bahagia. Kakaknya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan lucu adiknya.
“Mika, di sini sangat tenang. Apa kau tidak merasa mengantuk?”
“Aku tidak mengantuk, aku bermain bersama Kak Mori dan itu sangat menyenangkan. Mana mungkin aku melewatkan kesempatan ini untuk tidur?”
Mori masih tersenyum. Adiknya yang satu ini benar-benar tidak bisa dipisahkan dengannya. Mori selalu melindungi Mika, dia tidak pernah membiarkan satupun hal membahayakannya. Tapi, saat itu dia sangat lelah. Dia ingin berbaring saja di rerumputan. Menikmati udara yang segar, mengisi paru-parunya dengan oksigen banyak-banyak dan bercerita dengan adiknya dengan santai.
“Mika, kakak punya sebuah cerita. Kamu harus dengarkan dansetelah itu berjanjilah untuk tidur. Oke?”
Mika sangat senang mendengarkan cerita kakaknya. Semua petualangan yang kakaknya ceritakan padanya adalah petualangan yang seru. Di luar sana, banyak hal yang tidak diketahui oleh Mika.
“Mika, kau tahu Kakak sangat menyayangimu?”
“Ehem..” jawab Mika sambil tersenyum senang. “Kakak selalu melindungiku.”
“Mika, di dunia luar sana akan ada lebih banyak hal. Ada hutan yang anggun dan misterius dengan banyak binatang aneh. Ada lautan yang luas dan dalam dengan ikan-ikan besar. Ada banyak manusia dan suatu hari nanti kau akan bertemu dengan seseorang yang bisa kau sebut teman.”
“Teman? Apakah dia seperti kakak?”
“Ya, carilah teman yang baik seperti kakak. “ Mori mengelus kepala adiknya.
“Apakah dia juga akan menyukai bunga-bunga, kelinci, dan bintang-bintang?” Tanya Mika.
“Tentu saja, Mika. Tidak ada satupun orang di dunia yang membenci bunga, kelinci, dan bintang-bintang.” Jawab Kakaknya sembari memeluk adiknya.
Mika tersenyum bahagia. Dia berbaring di atas rerumputan di samping kakaknya. Gemericik air sungai kecil yang mengalir dan suara angin yang menerbangkan daun-daunan membuat Mika mengantuk. Dia semakin mendekat ke pelukan kakaknya.
“Kakak hangat…kakak seperti bintang-bintang kecil di langit yang gemerlapan…”
Mori tersenyum. “Kakak akan selalu menjadi bintangmu. Kapanpun kau ingin melihat kakak, lihatlah langit malam yang indah. Sekarang tidurlah. Waktu kau bangun nanti, kakak akan menjadi bintang yang paling terang dan akan selalu menjadi pelindungmu….” Dengan kata-kata Mori, Mika semakin tenggelam dalam dekapan kakaknya yang hangat. Matanya perlahan tertutup dengan senyum masih mengembang di bibirnya.
“Kakak menyayangimu, Mika….”

AAA

Sudah tujuh tahun berlalu. Walaupun penelitian itu sudah dilarang karena berbahaya dan membahayakan nyawa manusia, tapi mereka tetap bergerak di bawah tanah. Alasan mereka adalah demi penyelamatan bumi ini, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali tetap maju dan mengembangkan metode baru agar polutan yang telah banyak terakumulasi dalam tubuh bumi dapat sedikit ternetralisasi. Limbah B3 yang tidak bisa terdegradasi bisa saja menjadi tidak berbahaya jika penelitian itu terus dilakukan. Tidak ada yang tahu apakah mereka adalah orang-orang yang terlalu bersemangat melakukan penelitian demi mengembalikan daya dukung lingkungan, atau mereka adalah orang-orang kejam melakukan penelitian terhadap tubuh-tubuh manusia dan DNA mereka untuk mengambil keuntungan pribadi? Atau bahkan mereka hanyalah sekumpulan orang-orang putus asa yang mengetahui kenyataan bahwa bumi ini sakit parah dan akan hancur hanya dalam beberapa decade jika tidak dilakukan usaha penyelamatan?

Sampai di abad 21 telah banyak kasus pencemaran lingkungan karena dampak dari kegiatan industri. Di Indonesia, Kalimantan Tengah terjadi pencemaran merkuri yang mematikan akibat tambang emas. Lalu pencemaran udara yang parah akibat industry besar batu bara di Linfen, Cina. Di belahan bumi Rusia, dampak dari sampah industry senjata kimia mengubah air menjadi racun yang mematikan. Kemudian kebocoran pabrik pestisida di Bhopal India menewaskan ribuan manusia dan menyebabkan penyakit pada ratusan ribu penduduk. Tidak berhenti di situ, bencana radiasi di Chernobyl, Ukrania membuat kota tersebut menjadi kota mati yang tak berpenghuni.

Manusia kini memang berterimakasih oleh industri yang semakin maju dan memudahkan kegiatan manusia, tapi dampak industry juga terlalu besar bagi planet ini. Ya, dampaknya adalah bahaya yang sangat besar. Ah, tapi tunggu! Bukankah hanya segelintir manusia-manusia tertentu yang menikmati hasil dari industri tersebut? Benar, hasil yang besar dari mengeksploitasi planet ini dinikmati hanya oleh segelintir manusia tertentu. Walaupun begitu, dampaknya dirasakan oleh seluruh makhluk hidup.  
Hanya manusia berhati iblis yang tetap mengeruk kekayaan bumi sementara lingkungannya terkotori. Dunia ini ternyata lebih mengerikan daripada mimpi buruk. Apa yang bisa kita dapatkan ketika melihat limbah-limbah padat menggunung di sekitar pemukiman, pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan limbah B3 yang selalu menjadi masalah. Bumi sudah bukan tempat aman bagi makhluk hidup.  

Apanya yang manusia generasi baru??! Penelitian itu seharusnya bukan focus pada manusia yang dapat menetralisasi semua racun-racun kimia di bumi ini. Mereka menghabiskan seluruh dana untuk mengotak-atik DNA manusia, tapi apa yang didapat? Mereka hanya menambah daftar kriminalitas jenis baru.

Sudah satu bulan sejak Mika memasuki sekolah regular. Sekolah SMA biasa dengan banyak kelas dan banyak siswa. Selama ini dia belajar dari seorang guru privat. Dia tidak begitu mengerti cara kerja SMA biasa, tapi dia sudah berusaha untuk beradaptasi. Termasuk juga beradaptasi dengan lingkungan sekitar.  Dia berusaha menekan kemampuan mendeteksi parameter-parameter kimia. Walaupun begitu, masih terlalu menyakitkan baginya karena dia masih bisa mendeteksi parameter-parameter kimia yang kuat karena banyaknya pencemaran.

“Aku perlu bantuanmu untuk merangkai alat titrasi ini.” Kata Mirai. Saat itu dia dan Mika sedang mengerjakan praktikum bab titrasi. Tangan Mirai penuh oleh tabung titrasi. Mika datang membantu dan dalam pengerjaan praktikum itu kontak fisik tentu sulit untuk dihindari. Ketika Mika dengan tidak sengaja menyentuh tangan Mirai, dia terkejut. tabung titrasi yang dia pegang hampir saja jatuh. Mika mundur beberapa langkah, masih tercengang.
“Baiklah, sekarang kita perlu NaOH.” Dia melihat ke arah Mika yang masih mematung. “Ada apa? Kalau kita tidak cepat kita tidak kebagian waktu istirahat makan siang.” Katanya masih bersemangat. Lalu dia berjalan menuju lemari asam.
“Apa? Ada apa dengan tubuhnya?” gumam Mika.
Sepanjang praktikum itu dia tidak bisa berkonsentrasi. Pikirannya telah terbang entah kemana. Dia sering mematung di depan Mirai dan itu membuat Mirai khawatir. Bagaimana jika Mika kerasukan roh atau sesuatu? Pikirnya.
Setelah praktikum selesai, Mika tidak bisa menahan diri lagi. Dia memang baru mengenal Mirai hari itu. Di saat praktikum itu. Bukannya dia tidak tahu seseorang bernama Mirai, tapi dia baru saja berbicara dengannya hari itu karena setiap hari dia lalui sendiri. Mika tidak pernah punya keinginan untuk membuat percakapan apapun dengan siapapun. Tapi hari itu, dia memaksa Mirai mengikutinya. Dia menyeret Mirai ke sebuah bangku di bawah pohon besar yang melindungi mereka dari sinar matahari.
“Ada apa??” tanyanya kebingungan.
“Apa kau….manusia generasi baru??”
Dedaunan gemerisik diterbangkan angin yang tiba-tiba berhembus kencang. Ada beberapa burung merpati yang terbang karena kaget. Mika menatap Mirai dengan serius sementara Mirai tidak tahu harus menjawab apa.
Di tengah kebisuan tersebut, bel masuk berbunyi. Dan sekali lagi angin tiba-tiba berhembus kencang.

AAA

Lima belas menit lagi. kenapa jarum jam itu sepertinya berputar dengan sangat lambat? Pikir Mirai. Sejak bel masuk tadi dia tidak bisa memasukkan satu kalimat pelajaran pun dalam otaknya. Pikirannya dipenuhi dengan gadis aneh yang duduk pada dua bangku di depannya.
“Dia bilang manusia generasi baru?? Apa maksudnya itu?? Tiba-tiba saja menarikku keluar lab dan bertanya seperti itu. Dia agak sedikit menakutkan.” Pikir Mirai dalam benaknya. Selama ini dia memang mengenal sosok Mika sebagai gadis misterius. Mika jarang sekali mengobrol dengan orang lain. Mungkin dia pernah berbicara satu atau dua kali dengan guru atau juga siswa lain, tapi itu jga hanya masalah sekolah. Siapa Mika, tinggal dimana, apa makanan kesukaannya, tidak ada yang tahu. 
Sampai di dalam rumah pun dia masih terpikirkan kejadian siang itu. Mika, seorang gadis misterius tiba-tiba saja bertanya ‘manusia generasi baru’. Apakah itu spesies baru dari manusia? Mirai tidak yakin.
Di tempat lain, Mika mengalami hal yang sama. Dia memikirkan Mirai.
“Tubuhnya itu, ada apa dengan tubuhnya??! Bagaimana dia bisa seperti itu?? apa dia sengaja? Mustahil! Dia mungkin adalah manusia generasi baru. Tapi, aku tidak pernah tahu ada yang lain selama ini. Aku, aku merasa marah, juga sedih. Tapi kenapa aku merasa sedih? Apa aku kasihan padanya?” berbagai pertanyaan berkecamuk dalam kepalanya. Semakin dia memikirkannya, semakin perasaannya tak tenang. Dia tidak bisa tidur. Dia berusaha tidur untuk melupakan apa yang dilihatnya, tapi dia tidak bisa tidur. Dia ingin esok segera datang dan dia bisa mendapat semua jawaban di sekolah.
Begitu pagi tiba, Mika bergegas menuju ke sekolah. Dia bahkan lupa dengan sarapannya. Dia menunggu Mirai muncul dan ingin segera merentetinya dengan banyak pertanyaan, tapi dia tak juga datang. Sampai jam pelajaran dimulai, bangkunya tetap kosong. Saat guru mata pelajaran mengecek presensi, tidak ada yang tahu dimana Mirai berada. Meski begitu mata Mika tidak bisa lepas dari bangku kosong Mirai.

Bel istirahat berdering.  Saat itu juga ponsel Mika membunyikan ringtone nada panggilan.
“Karin sensei? Setelah sekian lama…” gumamnya, lalu mengangkat telepon.
“Mika chan!” suara Karin sensei di kejahuan. “pergilah ke departemen store, kutunggu di sana!”
Pasti ada masalah serius. Karin sensei sampai melupakan bahwa ini adalah hari rabu dan tiga puluh menit lagi pelajaran matematika akan dimulai.
“Ah, gomenasai ne Mika chan. Bisakah kau skip kelasmu sekali ini?”
“Itu bukan masalah, Sensei. Baik, aku akan ke sana.”
“Arigatou.”
Dan sepuluh menit kemudian Mika telah berada di department store dekat sekolah.
“Ah! Wasureteta…! Mika chan, kau masih dalam seragammu! Bagaimana bisa aku mengajakmu keluar?” Karin Sensei terlihat panic. “kita masuk ke mobil saja.”
“Doushita no, sensei?” Tanya Mika kemudian, setelah mereka masuk ke mobil. Karin sensei menghidupkan mesin mobilnya dan mulai mengemudikan di jalan raya.
“Mika chan, kita harus bergegas. Yah, memang sudah ada yang menangani, tapi ini tetap saja gawat.”
“Apakah terjadi sesuatu?”
“Seorang temanmu bernama Mirai dibawa oleh mereka!” ketika Karin sensei berkata ‘mereka’ hal yang dapat dipikirkan oleh Mika adalah New Generation Research. Lembaga penelitian yang berambisi membuat manusia generasi baru.
“Mirai??!!”
“Kau mengenalnya, Mika chan?” di tengah kepanikan itu, ponsel Karin sensei berdering.
“Moshi-moshi… hai’, wakarimasu!”
“Ada apa Sensei?”
“Mirai sudah berada di markas, sekarang dia bersama Asada sensei. Yokatta ne…” Karin sensei bernafas lega.
“Asada sensei?”
“Ah,” Karin sensei melupakan sesatu. Nama itu pasti menyebabkan suatu perasaan yang besar setelah tujuh tahun Mika tidak pernah mendengarnya lagi.
“Mika chan, karena Mirai sudah aman di markas, eto…bagaimana kalau Mika chan kembali ke sekolah?” kata Karin sensei. Sensei paham betul markas adalah tempat yang tidak ingin dikunjungi oleh Mika. Karin sensei tidak ingin melukai perasaan Mika, jadi dia berpikir untuk mengirimnya ke sekolah kembali daripada pergi ke markas.
“Sensei, aku sedang tidak ingin kembali ke sekolah hari ini. Gomenasai.” Mika berkata dengan tatapan pasrah. Dia tahu dia tidak akan pernah bisa berkonsentrasi pada pelajarannya saat ini. Tapi dia juga tahu alasan kenapa sensei tidak jadi mengajaknya ke markas dan malah mengirimnya kembali ke sekolah.
“Baiklah, kalau begitu aku antar kamu ke rumah. Bagaimana?”
“Un, wakatta.” Jawabnya, mengerti. “Bagaimana dengan Mirai?”
“Dia sedang menjalani pemeriksaan, aku akan memberimu kabar setelah semuanya jelas.”
“Sensei…. kemarin aku…aku menemukan ada yang aneh dengan tubuh Mirai dan aku bertanya padanya apakah dia manusia generasi baru.” Mika terhenti sejenak mengambil nafas. “Apakah aku membuat Next Generation tertarik dengan Mirai? Mungkin karena aku bicara padanya…”
“Mika chan,” Karin sensei berkata dengan penuh kasih sayang. “ini bukan salahmu. Daijoubu…”

AAA

Mirai berdiri mematung di dekat jendela. Dia bingung kenapa bisa sampai di tempat yang tidak dia kenal. Dia hanya ingat beberapa jam yang lalu dia bersiap pergi ke sekolah dan tiba-tiba dibius di sebuah tempat sepi.
“Mirai san….” Mirai menoleh ke sumber suara tersebut. Dia merasa aneh ada seorang professor yang memanggilnya denga sopan. Maksudnya, lihat saja! Dia adalah professor dengan balutan jas lab putih berkacamata sedangkan dia hanya seorang anak SMA biasa.
“Bukan anak SMA biasa.” Kata professor itu seolah dapat membaca pikiran Mirai.
Lalu seorang perempuan muda menyeruak masuk. “Asada sensei!” panggilnya.
“Ah, Karin sensei.” Professor yang dipanggil Asada sensei itu kini duduk di ranjang putih tempat Mirai melakukan pemeriksaan tadi.
“Aku mengirim Mika chan pulang.” Kata perempuan itu. Mirai bertanya-tanya, jadi semuanya ada hubungannya dengan Mika?
“Aku tahu alasanmu melakukan hal itu. Mika chan…dia masih tidak ingat padaku?”
“Moshiwake gozaimasen.”
“Kenapa minta maaf Karin sensei?” Asada sensei tersenyum. Menurut Mirai, itu lebih kepada senyum yang ironis. “Aku menjadi bagian trauma beratnya.”
Lalu Karin sensei dan Asada sensei saling terdiam.
“Jadi, bagaimana sebaiknya kita menjelaskan hal rumit ini kepada Mirai san?” Asada sensei melihat kea rah Mirai. Dia masih mematung di depan jendela menghadap kepada kedua orang itu.
“Sebaiknya aku menjelaskan padamu beberapa hal secara garis besar. Kau siap?”
“Eh, iya.” Jawab Mirai agak tergugup.
“Penculikan yang kau alami hari ini dilakukan oleh sebuah lembaga penelitian bernama Next Generation Research. Mereka adalah orang-orang putus asa yang ingin membuat sebuah manusia generasi baru yang dapat menetralkan berbagai polutan. Karena ada sesuatu yang unik dalam tubuhmu, makanya mereka tertarik.”
“Manusia generasi baru? Mika pernah menanyakan hal itu.” dia ingat betul saat Mika menyeretnya dan menanyakan hal aneh itu padanya. Sekarang hal itu terjawab, walaupun baru sebagian. Dia belum tahu detailnya.
“Dia mungkin terlihat misterius. Tapi Mika chan adalah gadis yang baik. Tolong jangan berpikir hal buruk mengenai dia.” Kata Karin sensei. Matanya menyiratkan simpati dan perhatian.
“She is suffering a lot, Mika chan.” Ketika mereka membicarakan Mika, pandangan mata mereka semua menyiratkan penyesalan. “Mika chan adalah objek penelitian mereka. Dia adalah manusia generasi baru.”

AAA

Mirai tidak mendapatkan banyak penjelasan mengenai proyek penelitian manusia generasi baru. Tentang Mika, atau organisasi yang baru saja membawanya. Dia malah mendapatkan sebotol obat.
“Ini hanya vitamin yang membuat tubuhmu terhindar dari sedikit polutan. Minumlah.”
Hanya itu yang dikatakan Asada sensei. Dia tidak tahu vitamin macam apa yang membuat tubuhnya terhindar dari polutan. Hari itu Mirai kembali masuk sekolah setelah sebelumnya menjadi target penculikan dan tentu saja hal itu membuatnya paranoid terutama ketika melintas di tempat-tempat sepi.
Saat istirahat makan siang entah mengapa Mirai yang biasanya makan bersama teman-temannya, hari itu tidak ingin bersama mereka. Dia membawa makanannya ke bangku di bawah pohon besar tempat Mika kemarin mengajaknya bicara.
Sejenak kemudia Mirai merasa ada seseorang yang mengawasi dan lebih tepatnya membuntutinya sejak melangkah keluar dari kelas. Mungkin bukan pilihan bijak untuk makan sendirian. Dia merasa orang yang mengawasinya itu ada di balik pohon besar, Mirai seketika itu menoleh. Dan dia mendapati….
Mika mengintip di balik pepohonan!
Mirai tidak mengerti kenapa Mika membuntutinya, tapi ketika dia melihat Mika, gadis itu menjadi panic dan kabur. Usaha Mika membuntuti Mirai tidak berhenti sampai situ. Dia mengikuti Mirai ketika membeli minuman, kemudian ketika pulang, dan lebih sering lagi ketika istirahat. Mika terlihat berminat menatap makanan Mirai.
“Mau mencobanya?” Tanya Mirai sambil menyodorkan kotak makannya.
“Hwaaa….” Mika memberi tatapan bahagia. Matanya berbinar-binar melihat cumi-cumi goreng tepung yang disodorkan oleh Mirai.
“Huh, aku kira ada apa. Kamu hanya ingin makananku?”
“Uwaaaah! Ini enak sekali.” Katanya senang.
Sejak saat itu Mika lebih sering lagi mengikuti Mirai. Setiap istirahat makan siang mereka selalu berbagi makanan. Ketika Mika tidak tahu harus mengumpulkan tugas dimana, Mirai adalah orang pertama yang dia mintai tolong. Jika ada sesuatu yang Mika tidak tahu mengenai sekolah, dia pasti bertanya pada Mirai.
“Mirai! Dimana aku bisa mendapatkan kanvas dan cat air??”
“Di toko,” jawabnya pendek.
“Aku tidak tahu tempatnya. Antarkan aku kesana”
“Hhhh…” dan Mirai tidak punya pilihan lain selain mengantarnya.
Semakin lama Mika jadi semakin banyak bergantung padanya. Ini membuat Mirai merasa mempunyai seorang adik karena dia harus menjaga Mika setiap dia berada di kerumunan. Mika cepat sekali tersesat dan menghilang di antara lautan manusia dan tahu-tahu dia sampai di tempat yang tidak dikenalnya. Mika tidak akan tahu dimana jalan kembali dan malah akan tersesat jauh. Jadi Mirai harus selalu mengawasinya.
“Jadi sekarang Mika chan sering memintamu melakukan banyak hal?” Tanya Karin sensei ketika sedang mengantarkan obat untuk Mirai. Dia bilang itu dari Asada sensei.
“Aku harus mengawasinya seperti anak kecil, kalau tidak dia akan menghilang dengan cepat dan tidak tahu jalan kembali.” Jawab Mirai, setengah kesal.
“Ah, ya. Mika chan memang sering tersesat. Aku ingat saat kita mengunjungi festival dan aku harus mencarinya selama satu jam di antara kerumunan orang-orang.”
Mirai baru mengenal Mika selama beberapa bulan. Mika masih punya banyak rahasia di balik kehidupannya dan hanya sedikit orang yang tahu itu. hal itu membuat Mirai ingin mengetahui lebih banyak tentang dirinya.
“Sensei,” Mirai ingin menanyakan tentang Mika. Tapi dia juga bertanya-tanya apakah itu hal yang baik. “Mika itu, orang seperti apa? Maksudku, Asada sensei bilang dia adalah manusia generasi baru. Aku tidak sepenuhnya mengerti.”
Karin sensei tahu banyak hal tentang Mika. Dia mengetahui sejarah keluarga Mika dan bagaimana dia bisa menjadi manusia generasi baru. Sensei berpikir mungkin Mirai adalah orang yang bisa dia percayai.
“Aku sudah menjaga Mika sejak dia lahir. Keluarganya adalah klan yang bisa mendeteksi parameter-parameter kimia yang menjadi polutan. Pernah dengar kalau polutan dapat diencerkan ketika ada angin atau hujan?” Mirai yakin pernah mendengarnya di salah satu mata pelajaran di sekolah. “keluarga Mika mempunyai kemampuan yang unik. Mereka bisa menganalisis kadar keasaman, menganalisis keadaan angin dan air. Lalu meregulasi polutan dari sumber polusi agar menyebar ke berbagai titik atau mengumpulkan ke satu titik.”
“Wow, apakah kemampuan seperti itu benar-benar ada?” sulit untuk membayangkan bahwa hal-hal out of ordinary seperti itu benar-benar ada.
“Tapi kemampuan itu,” Karin sensei terdiam sejenak. Perasaannya semakin menjadi berat dan berat. “membuat mereka harus selalu terpapar dengan polutan. Mirai, kamu pasti tahu bagaimana jika tubuh manusia sering terpapar oleh berbagai macam polutan…”
Mirai berpikir sejenak. “Ah…” tentu saja, tidak ada tubuh manusia yang dapat bertahan begitu lama ketika sering terkerna dampak polusi.
“Kedua orang tua Mika chan meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Jadi, ingatan Mika chan pasti masih belum jelas mengenai orang tuanya.”
“Lalu, Mika juga mempunyai kemampuan itu?” Tanya Mirai.
“Ya. Dan dia sedikit unik karena bisa menyerap sejumlah polutan ke tubuhnya atau memindahkannya ke dalam tubuh makhluk hidup. Karena itu dia jadi objek penelitian. Tapi, itu bukanlah hal yang baik. Akhirnya aku dan Asada sensei membantunya lari dari Next Generation Research.” Wajah Karin sensei sekarang benar-benar terlihat sedih. Sepertinya banyak hal berat yang terjadi.
“Mirai, aku minta tolong.” Karin sensei menatap Mirai penuh harap. Ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya. “Bantulah Mika chan menemukan kebahagiaannya.”

AAA

Semenjak cerita Karin sensei tentang keluarga Mika, Mirai lebih sering memperhatikannya di dalam kelas. Terkadang dia tersentak kaget mendapati dirinya sedang menatap sosok Mika dari bangkunya. Tubuh Mika dapat menyerap sejumlah polutan atau memindahkannya ke dalam tubuh makhluk hidup lain. Mirai tidak bisa mengatakan itu adalah kemampuan yang berguna. Baginya, itu adalah kemampuan yang mengerikan.
Sudah satu semester semenjak dia mengenal Mika dan segala keanehan kehidupannya. Dia merasa lebih banyak bersimpati pada gadis itu. Dia tidak mempunyai satupun teman dekat. Dia tidak pernah berbicara dengan orang lain. Dia selalu makan sendirian, berjalan kemanapun sendirian, dan pergi kemanapun sendirian.
Tapi, Mika sering bergantung padanya. Mirai tidak pernah protes soal itu. Dia bergantung padanya, namun di sisi lain Mika juga seperti menjauhinya. Ini membuatnya bingung.
Sudah beberapa hari ini  Mirai merasa aneh. Tubuhnya menjadi mudah lelah. Dia sering sakit kepala dan pandangan matanya sering menjadi buram dengan tiba-tiba.
“Mungkin anemia? Aku tidak ingat pernah punya penyakit anemia.” Dan hasilnya dia meminum suplemen penambah darah.
Mirai pergi ke sekolah seperti biasanya. Hari itu dia merasa agak sulit bernafas. Seperti biasanya juga, dia menawarkan Mika untuk makan siang bersama.
“Ah!” Mika terkejut saat Mirai menepuk pundaknya. Apa yang membuatnya begitu kaget?
“Tidak, Mirai…. Aku tidak ingin melihat ini….” Setelah mengatakan itu, Mika berlari meninggalkan Mirai yang mematung karena kebingungan.
Mirai tersadar. Dia harus mengejar Mika. Dia harus tahu apa yang Mika pikirkan. Mirai merasa belakangan ini Mika bersikap sangat aneh.
“Mika!” Mirai mengejarnya sampai di bawah naungan pohon besar. Dia sudah bersusah payah mengejarnya dan itu membuatnya lebih sulit bernafas. Sekarang dia merasakan sakit kepala yang parah. Pandangannya tiba-tiba menjadi buram.
“Mika, kenapa kau sebenarnya?”
Tapi Mika hanya diam. Matanya menatap Mirai dengan nanar. Dia membekap mulutnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis. Mirai tidak mengerti apa yang terjadi padanya.
“Mika, ada apa?” Mirai bertanya lagi. tapi tidak ada sepatah katapun terucap dari Mika. Dia masih menangis. Mirai bisa melihat pundak Mika terguncang hebat dan tangannya gemetaran.
“Kakak….” Mika terisak. Dia tidak bisa lagi mengendalikan tangisnya. Mirai memberikan tatapan bertanya. Kakak?
“Kakak? Mika, ada apa denganmu??” Mirai mencoba mempertahankan kesadarannya di antara sakit kepalanya dan nafasnya yang tercekat.
“Kakak… kakak…” Mika mengguncang-guncang tubuh Mirai dan terus berkata ‘Kakak’.
“Mika, kenapa kau tiba-tiba begini? Aku bukan kakakmu!” tapi Mika terus saja mengatakan ‘kakak’. Dia tidak mampu berkata apapun.
Sekarang seluruh tubuh Mirai merasakan sakit yang luar biasa. Kepalanya sakit seakan tertusuk oleh sesuatu. Pandangan matanya perlahan menjadi gelap dan kakinya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Mirai jatuh di atas rerumputan.
“Kakak!!” jerit Mika semakin histeris. Seluruh dunia sekarang mulai berputar-putar di sekitar Mika. Dia hanya melihat sosok kakaknya di depan matanya. Dia melihat Mori.
“Kakak, hentikan! Hentikan!” Mika terus saja berteriak histeris.
“Apa yang harus aku hentikan, Mika?” Tanya Mirai dengan suara yang lemah. Di sekelilingnya sekarang terlihat abu-abu dan dia melihat Mika di hadapannya. Air matanya banyak menetes ke seragam sekolahnya hingga basah.
“Kakak….me—menyerap banyak polutan! Kakak selalu saja begitu!” Suara Mika bergetar hebat. Dia sekarang berkata dengan berteriak, sepertinya tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. “Aku tidak peduli lagi dengan misi itu!”
Mirai merasa pandangan matanya agak lebih terang. Dia juga masih bisa mendengar Mika dengan jelas walaupun sekujur tubuhnya merasakan sakit dan dia kesulitan untuk bernafas.
“Kakak selalu melindungiku….Kakak tidak pernah membiarkan bahaya apapun menyentuhku. Tapi kakak tetap melaksanakan misi itu! Kakak menyerap polutan ke tubuh kakak sendiri! Mereka mengatakan untuk menyalurkannya ke tumbuhan dan hewan-hewan, tapi kakak tidak melakukannya!! Aku tahu tumbuhan-tumbuhan dan hewan-hewan akan mati jika kita menyalurkan polutan ke dalam tubuh mereka….aku tidak mau itu terjadi…. Kakak juga tidak ingin melihat mereka mati.”
Mirai mulai menangkap banyak hal. Di masa dulu Mika pasti mempunyai seorang kakak. Seorang kakak yang selalu melindunginya. Kakaknya tidak pernah membiarkan Mika berada dalam bahaya. Kakaknya juga adalah seorang yang mempuanyai kemampuan unik dapat menyerap polutan atau menyalurkannya ke dalam tubuh makhluk hidup lain. Tapi, jika mereka menyalurkan ke dalam tubuh makhluk hidup, mereka pasti akan mati. Dan….Kakak Mika tidak punya pilihan lain untuk menjalankan misi kecuali dengan cara memasukkan polutan ke dalam tubuhnya. Karena dia sangat menyayangi Mika, dia tidak akan membiarkan Mika melakukan hal yang sama. Mirai berpikir pasti seperti itu kejadiannya.
Tapi, kenapa Mika melihatnya sebagai kakaknya?
“Kakak selalu baik hati…. Kakak melakukan semuanya untukku. Dan karena itu tubuh Kakak jadi lemah. Dan Kakak…. Kakak…” Mika terhenti di tengah kalimatnya. Tubuhnya kini terguncang lebih hebat. Tangannya gemetaran tak terkendali dan air matanya tumpah.
“Kakak…. Meninggalkanku?”
Mirai menyadari hal itu. Semua keluarga Mika yang mempunyai kemampuan itu terkontaminasi polutan. Bahkan kakaknya dapat menyerap polutan itu. pasti tubuh kakaknya tidak bisa bertahan karena menyimpan terlalu banyak polutan. Dan tentu saja…. Kakaknya kini sudah tiada.
“Ah….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….!!” Mika mengingat semuanya. Dia mengetahui kenyataan bahwa kakaknya telah meninggal. Mika menangis . Mirai melihat langit lebih gelap kini. Dia tidak yakin apakah hanya pandangan matanya saja yang gelap atau langit memang mendung.
“Uaaaaaaaaaaaaa…aaaaaaa….” Mika terus saja menangis. Mirai tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya memandangi gadis di depannya dengan perasaan yang kacau.
Kakaknya telah meninggal. Dengan cara yang menyakitkan. Dan itu memberikan luka pada Mika.
Kemudian tetes demi tetes air tercurah dari langit. Ah, jadi langit memang mendung….
Semakin lama Mirai merasa kesadarannya mulai menghilang. Dunia di sekelilingnya menjadi hitam. Dan dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.

AAA

“Asada sensei! Dia kembali!” Mirai bisa mendengar dengan jelas suara Karin sensei. Dimana dia sekarang? Otaknya tidak ingin bekerja pada saat ini.
“Kerja bagus, Mirai.”
Dia akhirnya membuka matanya. Karin sensei terkejut. dia berpikir Mirai tidak akan bangun lagi.
“Sensei…Mika….” Hal pertama yang bisa dia pikirkan adalah dia ingin tahu keadaan Mika. Mata Sensei kembali meredup.
“Apa yang kau ketahui tentang Mika sekarang?”
“Banyak. Aku hanya bisa menarik kesimpulan. Dia mengira aku kakaknya.” Wajah Sensei seperti seorang yang kehilangan seluruh kebahagiaannya.
Kemudian Mirai menceritakan semuanya dan bahwa dia sampai pada kesimpulan jika Kakak Mika telah meninggal karena menyerap terlalu banyak polutan. Hanya satu hal yang dia tidak mengerti. Kenapa Mika menganggap dirinya sebagai kakaknya?
“Itu karena kau mirip dengannya.” Kata Karin sensei. Lalu dia menceritakan semuanya.  “Mori adalah seorang kakak tempat Mika bergantung. Dia melindunginya dengan jiwa dan tubuhnya. Mereka berdua tinggal di Kota Harapan, kota yang dibuat untuk menyelesaikan misi mereka. Di kota itu mereka tumbuh. Di kota itu seharusnya Mori menyalurkan polutan ke tubuh makhluk hidup lain. Tapi, ketika dia mencobanya pada tumbuhan, mereka akan segera layu, mengering, hitam, dan akhirnya mati. Di dalam tubuh kelinci juga begitu. Mereka segera menjadi tubuh yang kaku dan dingin. Mori dan Mika tidak bisa melihat hal seperti itu. mereka tidak tega membunuh makhluk hidup lain. Jadi, Mori menanggung semua beban itu sendirian…”
Karin sensei mulai terisak-isak.
“Tubuhnya tidak bisa bertahan. Dia tidak bisa menyelesaikan misi itu dan juga tidak bisa melindungi Mika lagi. Mori…Mori meninggal dan itu membuat kebahagiaan Mika lenyap.”
“Waktu itu aku adalah dokter Mori.” Kata Asada sensei “Aku berusaha menyelamatkannya. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku yang memberitahu kematian kakaknya. Itu adalah pukulan keras bagi Mika.”
“Mori seperti dirimu. Bedanya, Mori bisa mengontrolnya. Entah mengapa tubuhmu, tanpa kau sadari menyerap sejumlah besar polutan. Aku memberimu obat yang bisa menetralisasi sebagian polutan. Tapi, sepertinya itu belum cukup. Ah, ya. Mika bisa mendeteksi parameter-parameter polutan, jadi dia bisa mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhmu.”
Asada sensei memberinya penjelasan. Itu menjawab pertanyaannya mengapa Mika tiba-tiba bertanya apakah dirinya manusia generasi baru. Sensei berkata bahwa Mika berusaha menekan kemampuannya itu. Mirai bisa mengerti, pasti berat untuknya mengetahui kenyataan bahwa bumi ini telah menjadi amat berpolusi. Lalu Mirai teringat kalau dia merasakan sakit akhir-akhir ini. Itu pasti karena tubuhnya tidak bisa lagi menahan polutan-polutan yang masuk. Mika pasti mendeteksi sejumlah besar polutan dalam tubuhnya, hal itu mengingatkannya pada kakaknya.
Mirai pergi melihat Mika. Dia tengah menatap makanannya di atas tempat tidur. Dia terlihat pucat. Tatapan matanya kosong. Apa yang Mirai lihat kini melukai hatinya.
“Mika…”
“Kakak—“ Mika terkejut dan tidka sadar berteriak ‘kakak’ tapi dia kembali kepada kesadarannya. “Oh, Mirai.”
Walaupun begitu dia terlihat senang melihat Mirai baik-baik saja.
“Mau keluar?” ajak Mirai. Mika mengangguk.
Di padang bunga matahari mereka makan bersama. Mika merindukan hari-hari ketika dia bisa memakan bekal makan siang Mirai.
“Tempat ini sangat hangat dan menyenangkan” kata Mirai. Mata Mika sedikit lebih hidup sekarang.
“Asada sensei bilang mungkin aku harus memakai baju khusus untuk melindungi dari segala macam polusi.” Kata Mirai lagi.
Mika menundukkan kepalanya. Mirai bisa melihat ada setetes air yang jatuh di atas kotak makan siangnya.
“Aku sudah memikirkan ini, Mirai.” Dia berkata. Air matanya mengalir. “Kakak pernah berkata padaku agar mencari teman yang baik seperti kakak.”
Bunga-bunga matahari itu bergoyang tertiup angin. Seluruh padang bunga ini menjadi seperti laut yang bergelombang.
“Aku tidak akan merasa takut lagi. kakak selalu melindungiku, tapi aku tidak pernah melakukan apapun untuk kakak.” Mika meraih tangan Mirai. Dia menggenggam telapak tangannya dan perasaannya terasa hangat. Aneh, tubuh Mirai menjadi ringan. Sakit yang dia rasakan mulai berkurang. Sesaat lamanya Mirai baru menyadari apa yang dilakukan Mika. Seketika dia menyentakan tangannya dan genggaman itu terlepas.
“Mika! Apa yang kau laku—“
Mika jatuh pingsan.

AAA

Dua jam adalah waktu yang sangat lama. Sangat lama karena Mirai menunggu dengan kekhawatiran. Dia tidak menyangka Mika akan memindahkan polutan-polutan itu dari tubuh Mirai ke tubuh Mika. Apakah dia memindahkan semua? Mirai berharap Mika akan baik-baik saja.
Mimpi itu datang lagi kepada Mika. Terus menerus datang dalam ribuan malam yang telah dilalui Mika. Kakaknya dengan senyum cerahnya dan pelukan hangatnya terus saja datang menemani malam Mika.
“Aku akan membantumu, Mika. Jangan takut.”
“Kakak….” Mika kembali dalam dekapan kakaknya. Dia selalu merasa bahagia di dekat kakaknya. “Kakak, aku telah menemukan teman yang baik seperti kakak. Aku telah berjanji untuk tumbuh semakin kuat. Kakak tidak perlu khawatir lagi.” kata Mika. Dia lalu melepaskan pelukan kakaknya.
Kakaknya tersenyum. “Terima kasih, Mika. Kakak menyayangimu.”
Mika membalas senyuman kakaknya dan dia melambaikan tangan ketika kakaknya perlahan menghilang dari pandangan matanya.

AAA

“Selamat pagi” sapa Mika ketika dia baru terbangun dari mimpinya. Saat itu baru pukul tiga pagi.
“Mika!” Mirai terbangun dengan kaget. Dia tidur dengan posisi duduk yang tidak nyaman.
“Mirai, aku tidak apa-apa.”
Asada sensei memasuki ruangan dan melihat keadaan Mika. “Entah bagaimana Mika bisa mengatasi ini. Lebih menggembirakan lagi, dia bisa menetralisasi polutan yang sudah memasuki tubuhnya.”
“Benarkah?” Tanya Mirai tidak percaya. Entah mengapa dia lebih mengkhawatirkan Mika daripada tubuhnya sendiri yang bermasalah.
“Aku sudah bilang padamu,” Mika turun dari tempat tidurnya. “Kakakku akan membantuku.”
“Tapi, ada efeknya. Ketika Mika menyerap polutan-polutan itu, dia memerlukan waktu untuk menetralisasi dan sebagai akibatnya dia akan membutuhkan istirahat. Dia akan tidur selama beberapa jam.”
“Apakah ini berbahaya, sensei?” Tanya Karin sensei.
“Tidak, aku rasa ini adalah jalan keluar dari masalah Mirai yang tidak bisa mengontrol tubuhnya.”
Mika tidak pernah merasa selega ini dalam hidupnya. Dia merasa kesedihannya menghilang perlahan. Kakak yang dia sayangi memang telah meninggalkannya untuk selamanya. Tapi, dia tahu ada kebahagiaan lain bersama orang-orang yang menyayanginya. Bersama Karin sensei, Asada sensei, dan Mirai.
“Mirai, mau ke rooftop?”
Mirai tidak mengerti kenapa di pagi buta pukul tiga Mika mengajaknya ke rooftop. Apa ada sesuatu yang menarik di sana?
“Baiklah.” Dia setuju.
Di rooftop udara sangat dingin. Mirai dan Mika membiarkan tubuh mereka diterpa angin fajar yang sejuk.
“Mirai, kita bisa melihat banyak bintang di sini.” Kata Mika. Dia menatap langit dengan senyuman.
“Waah….cantik sekali.” Gumam Mirai. Ide yang bagus membawanya ke rooftop.
“Kakak dan aku selalu menyukai bintang-bintang. Kami sering melihat bintang di malam hari sambil berbaring di rerumputan.”
 Mika teringat kakaknya pernah mengatakan “Kakak akan selalu menjadi bintangmu. Kapanpun kau ingin melihat kakak, lihatlah langit malam yang indah.”
“Kakak benar, kakak menjadi bintang yang bersinar paling terang. Bintang yang cantik dan akan menjadi pelindungku.”
“Indah sekali. Menatap bintang-bintang pukul tiga pagi bersamamu benar-benar menyenangkan. Apa kau merasa bahagia Mika?” Tanya Mirai. Masih tidak memalingkan mukanya dari gugusan bintang di langit.
“Ya….” Jawab Mika.
Dingin angin fajar menerpa wajah Mirai dan Mika lagi. Lalu seperti membawa pergi segala kesedihan mereka, angin itu bergerak perlahan. Gugusan bintang-bintang bersinar cemerlang dengan anggun dan misterius. Mereka membayangkan seandainya bisa terbang menuju langit dan menggapai bintang-bintang itu.

Ah, tapi melihat mereka dari kejauhan sebagai bintang yang berkerlip anggun dan misterius seperti ini adalah hal yang terbaik….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan prakikum ini yang berjudul “Bioteknologi Konvensional Pembuatan Kue Donat”. Laporan praktikum ini berisikan mengenai pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang pangan yaitu dalam pembuatan kue donat, cara-cara pembuatan kue donat, dan referensi mengenai proses fermentasi oleh ragi. Kami me nyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan praktikum ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Tuban, 18 Februari 2014                                      Penulis BAB I PENDAHULUAN

20 Mei 2014

20 Mei 2014 Ini tahun kelulusan Ginko. Yuhuu. Lulus SMA itu berasa gimana gitu. Kebingungan-kebingungan makin banyak melanda, mau meneruskan dimana, rencana A, rencana B, rencana C mencuat-cuat di kepala. Jujur, ketika daftar SNMPTN saya sudah yakin diterima *pede. Tapi, pengalaman super bingung saya alami ketika daftar ulang dengan mengisi form online yang datanya memusingkan. Ini tanya ini, yang itu tanya itu. Lebih pusing lagi pergi ke kampusnya. Oke, itu karena memang saya buta arah. Entah mengapa saya sangat sulit untuk mengingat jalan, ingatan saya memang bukan tergolong kuat tapi tidak beruntungnya masalah mengingat jalan ini sangat merepotkan. dan ini mengapa saya sering kesasar. Setelah pusing dengan berkas-berkas daftar ulang, Ginko verifikasi keuangan tanggal 11 deh. Lhah, masalah lain menanti. UKT oh UKT… *bikin galau gelesotan di lantai.   Terlepas dari semua itu, malam hari saat Ginko pulang dari UNAIR, Ginko mendengar berita di televisi mengenai   mbak Raeni

Praktikum kimia unsur periode 3

       I.             JUDUL PRAKTIKUM  : UNSUR PERIODE KE-3     II.             TUJUAN PRAKTIKUM : Menyelidiki beberapa sifat unsure-unsur periode ke-3   III.             DASAR TEORI Unsur-unsur periode ketiga memiliki jumlah kulit elektron yang sama, yaitu tiga kulit. Akan tetapi konfigurasi elektron dari masing-masing unsur berbeda, hal ini akan menyebabkan sifat-sifat kimia yang berbeda. Dari kiri ke kanan unsur periode ketiga berturut-turut adalah natrium (Na), magnesium (Mg), aluminium (Al), silikon (Si), fosfor (P), belerang (S), klor (Cl) dan argon (Ar). Na, Mg, dan Al merupakan unsur logam, Si semilogam, P, S dan Cl nonlogam, Ar gas mulia.   Unsur Na Mg Al Si P S Cl Ar Nomor atom 11 12 13 14 15 16 17 18 Susunan elektron 2-8-1 2-8-2 2-8-3 2-8-4 2-8-5 2-8-6