https://s.docworkspace.com/d/AID9C6vzxs8jotHj5dumFA
FILOGENI REGNUM ANIMALIA BERDASARKAN STRUKTUR TUBUH DENGAN ANALISIS KLADISTIK MENGGUNAKAN METODE WAGNER
Riyan Surya R. (081114048), Glory Norotumilena, Hadi Achmad F., Findi Angelika R. (081411431019), Ari Sofiyanti (081411431013)
(arryarjuna@gmail.com)
Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Abstract
Regnum Animalia has enormous diversity and many characteristics such as tissue differentiation, symmetry, type of embryonic tissue, body cavity, and embryonic development. Those characteristics have been developing since embryonic phase, so it could be assumed that animals within a same group will have similar characteristics. The more similarities they have, the phylogenic relationship could be said to be closer. There are also characteristics of primitive animals (plesiomorphic) and modern animals (apomorphic).Regnum Animalia consists of two broad groups, invertebrates and vertebrates. By cladistics method, those groups will be studied and their phylogenic relationships will be investigated.
Keywords: Regnum Animalia, phylogeny, invertebrates, vertebrates, cladistics
PENDAHULUAN
Hewan dapat didefinisikan sebagai hewan bersel banyak, selnya memiliki inti, dan inti sel tersebut diselubungi membran (eukariotik). Dalam taksonomi, semua jenis hewan tergabung dalam regnum Animalia. Keanekaragaman anggota regnum Animalia sangat besar dengan karakter yang beragam, mulai dari adanya diferensiasi jaringan, simetri, jenis jaringan embrional, keberadaan rongga tubuh (coeloma), maupun perkembangan embrionya. Karakter-karakter ini berkembang sejak masa embrional dan bukan dari pengaruh lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa hewan yang tergolong dalam satu kelompok akan memiliki karakter yang sama. Makin banyak kesamaan karakter ini dapat diasumsikan makin dekat pula hubungan filogeninya. Selain itu karakter-karakter tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan antara hewan primitif dengan hewan yang modern. Berdasarkan asumsi ini, berarti ada karakter plesiomorfi dan apomorfi. Ini berarti regnum Animalia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok takson lagi. Pembagian paling mudah untuk regnum Animalia yaitu avertebrata dan vertebrata. Avertebrata adalah kelompok hewan-hewan yang tidak memiliki tulang belakang, sedangkan vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Avertebrata dan Vertebrata sebagai suatu takson ini juga akan ditentukan jenjangnya. Takson-takson yang dibentuk ini harus bersifat monofiletik, asumsinya semua Regnum Animalia berasal dari organisme yang sama dan adanya evolusi menyebabkan adanya perbedaan antar anggota regnum. Evolusi biologi ini menghasilkan karekter-karakter yang berbeda seperti embroigeni, struktur tubuh, dan jenis jaringan.
TUJUAN
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mempelajari hubungan filogeni anggota Regnum Animalia, khususnya membuat pohon filogeni berdasarkan struktur tubuhnya berdasarkan analisis kladistik yang menggunakan metode Wagner.
BAHAN DAN METODE
Praktikum Biosistematika ini dilakukan di Laboratorium Biologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Bahan atau spesimen yang digunakan adalah sebagai berikut :
Porifera
Cnidaria
Platyhelminthes
Nematoda
Annelida
Chelicerata
Crustaceae
Insecta
Echinodermata
Chepalochordata
Amphibia
Reptilia
METODE
Untuk menentukan kekerabatan antar spesies, digunakan metode analisis kladistik. Pertama adalah dengan menyusun tabel transformasi yang membedakan antara karakter apomorfi atau plesiomorfi. Karakter yang lebih primitif. Sedangkan karakter apomorfi merupakan derivat dari karakter plesiomorfi. Dengan mengacu pada tabel transformasi, dapat disusun kladogram berdasarkan metode wagner. Metode Wegner adalah metode penyusun kladogram berdasarkan Algoritma. (Irawan, 2011) setelah itu, kladogram diubah menjadi bentuk kladogram sisir.dari kladogram yang telah disusun selanjutnya di evaluasi berdasarkan hasil proporsi homoplasi yang terdapat dalam suatu kladogram. Evaluasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Nilai CI berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali, dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya tinggi.
HASIL
Deskripsi Analitik
Porifera
Porifera memiliki sumbu simetri radial (0); tidak ada diferensiasi jaringan (0); tidak ada lapisan embrional (0); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium tidak aada (0); rongga pencernaan tidak ada (0); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Cnidaria
Cnidaria memiliki sumbu simetri radial (0); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional diploblastik (1); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan gastrointestinal (1); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki binitk mata (1); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Nematoda
Nematoda memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); ada lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan pseudoselomata (1); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Annelida
Annelida memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma tidak jelas (0); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Chelicerata
Chelicerata memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata oceli (2); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Crustaceae
Crustaceae memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata majemuk bertangkai (4); abdomen melipat (1); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); mempunyai antenna dua pasang (2); tidak mempunyai amnion (0).
Insecta
Insecta memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak merupakan struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata majemuk (3); abdomen tidak melipat (0); mempunyai sayap (1); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); mempunyai antenna satu pasang (1); tidak mempunyai amnion (0).
Echinodermata
Echinodermata memiliki sumbu simetri radial sekunder (2); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma tidak jelas (0); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Chepalochordata
Chepalochordata memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai notochord (1); mengalami metamorphosis (0); memiliki bintik mata (1); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (0); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Amphibia
Amphibia memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai chorda dorsalis columna vertebra (2); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata tunggal (5); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Reptilia
Reptilia memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai chorda dorsalis columna vertebra (2); tidak mengalami metamorphosis (1); memiliki mata tunggal (5); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (1); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); mempunyai amnion (1).
Tabel Karakter
FENOGRAM
KLADOGRAM
KLADOGRAM
PARSIMONI
S = 29
CI = m/s x 100% = 28/29 x 100%
= 96,55%
RI =
=
= 85,7%
POHON FILOGENI
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu Filogeni Animalia yaitu mempelajari hubungan filogeni hewan dengan metode kladistik dengan melakukan analisis sistematika pada metode pembuatan kladogram memiliki beberapa tahap yaitu menyusun deskripsi taksonomi.Menyusun deskripsi taksonomi meliputi penyusunan deskripsi analitik, deskripsi diagnostik dan deskripsi diagnostik diferensial dari masing-masing organisme atau takson yang diteliti. Deskripsi analitik merupakan deskripsi secara umum menggambarkan secara detail mengenai segala bagian yang terlihat pada takson tersebut. Deskripsi diagnostik adalah mendeskripsikan mengenai karakter khas (karakteristik) dari suatu takson. Sedangkan deskripsi diagnostik diferensial adalah mendeskripsikan takson dengan mengikut sertakan takson lain sebagai pembanding atau membandingkan dengan takson lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan table karakter, tabel kesamaan atau perbedaan, dan pembuatan fenogram. Akan tetapi kali ini kami tidak mencantumkan fenogram. Setelah diketahui fenogramnya, tahap selanjutnya adalah pembuatan kladogram. Langkah pertama membuat kladogram yaitu dengan menyusun tabel transformasi yang membedakan antara karakter apomorfi atau plesiomorfi. Dengan mengacu pada tabel transformasi, dapat disusun kladogram berdasarkan metode Wagner. Setelah itu, kladogram diubah menjadi bentuk kladogram sisir. Dari kladogram yang telah disusun selanjutnya dievaluasi berdasarkan hasil proporsi homoplasi yang terdapat dalam suatu kladogram. Evaluasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Nilai CI berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya tinggi.
Penerapan dalam menyusun kladogram metode Wagner berdasarkan penggabungan takson yang diuji satu persatu mulai dari tahap tabel karakter, lalu tabel kesamaan atau perbedaan karakter. Berdasarkan data tersebut, dapat diperoleh hubungan kekerabatan antar organisme atau takson yang diuji pada praktikum ini. Dengan menggunakan data pada tabel karakter dapat mempermudah dalam penyusunan fenogram.Setelah fenogram terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel apomorfi. Tabel apomorfi berisi informasi data berupa angka dari tabel karakteristik yang jumlah totalnya disebut jumlah apomorfi. Organisme atau takson yang memiliki jumlah apomorfi sedikit maka akan menjadi organisme atau takson pertama yang akan dipisahkan dengan organisme atau takson yang lainnya dan menjadi organisme atau takson tertua kedua setelah kelompok tamu (outer-group). Jumlah apomorfi menjadi dasar dalam penentuan pemisahan antar organisme hingga terbentuk kladogram yang utuh. Kelompok tamu yang digunakan harus merupakan kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dengan kelompok yang akan disusun kladogramnya, tetapi hal ini sering kali tidak memungkinkan. Dalam hal yang tidak memungkinkan dipilih berdasarkan dua alasan. Alasan pertama, takson atau kelompok tamu harus memiliki hubungan filogeni sedekat mungkin sehingga kami dapat membandingkan semua karakter yang kami gunakan. Alasan kedua, takson tamu tersebut harus pada akhirnya memiliki nenek moyang yang sama dengan kelompok yang kita telaah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah porifera (A), Cnidaria (B), Platyhelminthes (C), Nematoda (D), Annelida (E), Celicerata (F), Crustaceae (G), Insecta (H), Echinodermata (I), Chepalochordata (J), Amphibia (K), Reptilia (L). Dari hubungan filogeni diatas dapat disumpulkan bahwa hewan yang paling plesiomorfi adalah Porifera (A) sedangkan yang paling apomorfi adalah Reptilia (L)
Dan diperoleh hasil yang sesuai pada kladogram hasil pengamatan dengan jumlah S=29, CI sebesar 96,55% atau 0,9655 dan perhitungan RI sebesar 85,7% atau 0,857. Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali, dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya sangat banyak.
Cara penghitungan CI yaitu CI = = 96,55 % atau 0,9655 Dan cara perhitungan RI = 85,7 % atau 0,857. Perhitungan CI ini berfungsi untuk mengukur jumlah relatif homoplasi dalam sebuah kladogram. Dan RI ini mengukur proporsi synapomorphy yang diharapkan dari suatu kumpulan data yang disimpan sebagai synapomorfi pada sebuah pohon filogeni. Dengan kata lain RI adalah ukuran proporsi kesamaan pada sebuah pohon filogeni. Dari sini, dengan melihat nilai CI maka diketahui bahwa tingkat homoplasi pada kladogram animalia tersebut sangat rendah. Berdasarkan hal ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Regnum Animalia merupakan takson monofiletik karena semua anggota Regnum Animalia berasal dari organisme yang sama. Kemudian takson Avertebrata dan Vertebrata merupakan takson monofiletik dan berada pada jenjang subfilum. Perbedaan karakteristik merupakan hasil evolusi biologi yang dapat digunakan untuk menyusun pohon filogeni.
KESIMPULAN
Dari hubungan filogeni diatas dapat disumpulkan bahwa cranium yang paling plesiomorfi adalah Porifera (A) sedangkan yang paling apomorfi adalah Reptilia (L) yang memiliki hubungan kekerabatan dengan nilai CI sebesar 96,55% dan RI sebesar 85,7%. Nilai CI ini menujukkan bahwa hubungan kekerabatan antar hewan tersebut memiliki tingkat homoplasi yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Bambang. 2011. Biosistematika. Surabaya: Departemen Biologi FST UNAIR.
Ostrom, J. H. (1976). "Archaeopteryx and the origin of birds". Biological Journal of the Linnean Society 8 (2): 91–182
West-Eberhard, Mary Jane.2003. Developmental Plasticity and Evolution. Oxford Univ. Press. pp. 353–376.
FILOGENI REGNUM ANIMALIA BERDASARKAN STRUKTUR TUBUH DENGAN ANALISIS KLADISTIK MENGGUNAKAN METODE WAGNER
Riyan Surya R. (081114048), Glory Norotumilena, Hadi Achmad F., Findi Angelika R. (081411431019), Ari Sofiyanti (081411431013)
(arryarjuna@gmail.com)
Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Abstract
Regnum Animalia has enormous diversity and many characteristics such as tissue differentiation, symmetry, type of embryonic tissue, body cavity, and embryonic development. Those characteristics have been developing since embryonic phase, so it could be assumed that animals within a same group will have similar characteristics. The more similarities they have, the phylogenic relationship could be said to be closer. There are also characteristics of primitive animals (plesiomorphic) and modern animals (apomorphic).Regnum Animalia consists of two broad groups, invertebrates and vertebrates. By cladistics method, those groups will be studied and their phylogenic relationships will be investigated.
Keywords: Regnum Animalia, phylogeny, invertebrates, vertebrates, cladistics
PENDAHULUAN
Hewan dapat didefinisikan sebagai hewan bersel banyak, selnya memiliki inti, dan inti sel tersebut diselubungi membran (eukariotik). Dalam taksonomi, semua jenis hewan tergabung dalam regnum Animalia. Keanekaragaman anggota regnum Animalia sangat besar dengan karakter yang beragam, mulai dari adanya diferensiasi jaringan, simetri, jenis jaringan embrional, keberadaan rongga tubuh (coeloma), maupun perkembangan embrionya. Karakter-karakter ini berkembang sejak masa embrional dan bukan dari pengaruh lingkungan, sehingga dapat dikatakan bahwa hewan yang tergolong dalam satu kelompok akan memiliki karakter yang sama. Makin banyak kesamaan karakter ini dapat diasumsikan makin dekat pula hubungan filogeninya. Selain itu karakter-karakter tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan antara hewan primitif dengan hewan yang modern. Berdasarkan asumsi ini, berarti ada karakter plesiomorfi dan apomorfi. Ini berarti regnum Animalia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok takson lagi. Pembagian paling mudah untuk regnum Animalia yaitu avertebrata dan vertebrata. Avertebrata adalah kelompok hewan-hewan yang tidak memiliki tulang belakang, sedangkan vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Avertebrata dan Vertebrata sebagai suatu takson ini juga akan ditentukan jenjangnya. Takson-takson yang dibentuk ini harus bersifat monofiletik, asumsinya semua Regnum Animalia berasal dari organisme yang sama dan adanya evolusi menyebabkan adanya perbedaan antar anggota regnum. Evolusi biologi ini menghasilkan karekter-karakter yang berbeda seperti embroigeni, struktur tubuh, dan jenis jaringan.
TUJUAN
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mempelajari hubungan filogeni anggota Regnum Animalia, khususnya membuat pohon filogeni berdasarkan struktur tubuhnya berdasarkan analisis kladistik yang menggunakan metode Wagner.
BAHAN DAN METODE
Praktikum Biosistematika ini dilakukan di Laboratorium Biologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Bahan atau spesimen yang digunakan adalah sebagai berikut :
Porifera
Cnidaria
Platyhelminthes
Nematoda
Annelida
Chelicerata
Crustaceae
Insecta
Echinodermata
Chepalochordata
Amphibia
Reptilia
METODE
Untuk menentukan kekerabatan antar spesies, digunakan metode analisis kladistik. Pertama adalah dengan menyusun tabel transformasi yang membedakan antara karakter apomorfi atau plesiomorfi. Karakter yang lebih primitif. Sedangkan karakter apomorfi merupakan derivat dari karakter plesiomorfi. Dengan mengacu pada tabel transformasi, dapat disusun kladogram berdasarkan metode wagner. Metode Wegner adalah metode penyusun kladogram berdasarkan Algoritma. (Irawan, 2011) setelah itu, kladogram diubah menjadi bentuk kladogram sisir.dari kladogram yang telah disusun selanjutnya di evaluasi berdasarkan hasil proporsi homoplasi yang terdapat dalam suatu kladogram. Evaluasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Nilai CI berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali, dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya tinggi.
HASIL
Deskripsi Analitik
Porifera
Porifera memiliki sumbu simetri radial (0); tidak ada diferensiasi jaringan (0); tidak ada lapisan embrional (0); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium tidak aada (0); rongga pencernaan tidak ada (0); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Cnidaria
Cnidaria memiliki sumbu simetri radial (0); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional diploblastik (1); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan gastrointestinal (1); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan aselomata (0); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki binitk mata (1); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Nematoda
Nematoda memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); ada lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan pseudoselomata (1); tidak mempunyai metameri (0); tagma tidak jelas (0); alat gerak bukan struktur khusus (0); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); tidak mempunyai anus (0); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Annelida
Annelida memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma tidak jelas (0); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Chelicerata
Chelicerata memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata oceli (2); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Crustaceae
Crustaceae memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata majemuk bertangkai (4); abdomen melipat (1); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); mempunyai antenna dua pasang (2); tidak mempunyai amnion (0).
Insecta
Insecta memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastik (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak merupakan struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata majemuk (3); abdomen tidak melipat (0); mempunyai sayap (1); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); mempunyai antenna satu pasang (1); tidak mempunyai amnion (0).
Echinodermata
Echinodermata memiliki sumbu simetri radial sekunder (2); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma tidak jelas (0); alat gerak adalah struktur khusus (1); tidak mempunyai chorda dorsalis (0); mengalami metamorphosis (0); tidak memiliki mata (0); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Chepalochordata
Chepalochordata memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai notochord (1); mengalami metamorphosis (0); memiliki bintik mata (1); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); tidak memiliki tungkai (0); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (0); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Amphibia
Amphibia memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai chorda dorsalis columna vertebra (2); mengalami metamorphosis (0); memiliki mata tunggal (5); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (2); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); tidak mempunyai amnion (0).
Reptilia
Reptilia memiliki sumbu simetri bilateral (1); ada diferensiasi jaringan (1); lapisan embrional triploblastic (2); rongga tubuh merupakan selomata (2); mempunyai metameri (1); tagma jelas (1); alat gerak adalah struktur khusus (1); mempunyai chorda dorsalis columna vertebra (2); tidak mengalami metamorphosis (1); memiliki mata tunggal (5); abdomen tidak melipat (0); tidak mempunyai sayap (0); memiliki tungkai (1); epitelium ada (1); rongga pencernaan intestinum (1); mempunyai anus (1); tidak mempunyai antenna (0); mempunyai amnion (1).
Tabel Karakter
FENOGRAM
KLADOGRAM
KLADOGRAM
PARSIMONI
S = 29
CI = m/s x 100% = 28/29 x 100%
= 96,55%
RI =
=
= 85,7%
POHON FILOGENI
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu Filogeni Animalia yaitu mempelajari hubungan filogeni hewan dengan metode kladistik dengan melakukan analisis sistematika pada metode pembuatan kladogram memiliki beberapa tahap yaitu menyusun deskripsi taksonomi.Menyusun deskripsi taksonomi meliputi penyusunan deskripsi analitik, deskripsi diagnostik dan deskripsi diagnostik diferensial dari masing-masing organisme atau takson yang diteliti. Deskripsi analitik merupakan deskripsi secara umum menggambarkan secara detail mengenai segala bagian yang terlihat pada takson tersebut. Deskripsi diagnostik adalah mendeskripsikan mengenai karakter khas (karakteristik) dari suatu takson. Sedangkan deskripsi diagnostik diferensial adalah mendeskripsikan takson dengan mengikut sertakan takson lain sebagai pembanding atau membandingkan dengan takson lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan table karakter, tabel kesamaan atau perbedaan, dan pembuatan fenogram. Akan tetapi kali ini kami tidak mencantumkan fenogram. Setelah diketahui fenogramnya, tahap selanjutnya adalah pembuatan kladogram. Langkah pertama membuat kladogram yaitu dengan menyusun tabel transformasi yang membedakan antara karakter apomorfi atau plesiomorfi. Dengan mengacu pada tabel transformasi, dapat disusun kladogram berdasarkan metode Wagner. Setelah itu, kladogram diubah menjadi bentuk kladogram sisir. Dari kladogram yang telah disusun selanjutnya dievaluasi berdasarkan hasil proporsi homoplasi yang terdapat dalam suatu kladogram. Evaluasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Nilai CI berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya tinggi.
Penerapan dalam menyusun kladogram metode Wagner berdasarkan penggabungan takson yang diuji satu persatu mulai dari tahap tabel karakter, lalu tabel kesamaan atau perbedaan karakter. Berdasarkan data tersebut, dapat diperoleh hubungan kekerabatan antar organisme atau takson yang diuji pada praktikum ini. Dengan menggunakan data pada tabel karakter dapat mempermudah dalam penyusunan fenogram.Setelah fenogram terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel apomorfi. Tabel apomorfi berisi informasi data berupa angka dari tabel karakteristik yang jumlah totalnya disebut jumlah apomorfi. Organisme atau takson yang memiliki jumlah apomorfi sedikit maka akan menjadi organisme atau takson pertama yang akan dipisahkan dengan organisme atau takson yang lainnya dan menjadi organisme atau takson tertua kedua setelah kelompok tamu (outer-group). Jumlah apomorfi menjadi dasar dalam penentuan pemisahan antar organisme hingga terbentuk kladogram yang utuh. Kelompok tamu yang digunakan harus merupakan kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dengan kelompok yang akan disusun kladogramnya, tetapi hal ini sering kali tidak memungkinkan. Dalam hal yang tidak memungkinkan dipilih berdasarkan dua alasan. Alasan pertama, takson atau kelompok tamu harus memiliki hubungan filogeni sedekat mungkin sehingga kami dapat membandingkan semua karakter yang kami gunakan. Alasan kedua, takson tamu tersebut harus pada akhirnya memiliki nenek moyang yang sama dengan kelompok yang kita telaah.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah porifera (A), Cnidaria (B), Platyhelminthes (C), Nematoda (D), Annelida (E), Celicerata (F), Crustaceae (G), Insecta (H), Echinodermata (I), Chepalochordata (J), Amphibia (K), Reptilia (L). Dari hubungan filogeni diatas dapat disumpulkan bahwa hewan yang paling plesiomorfi adalah Porifera (A) sedangkan yang paling apomorfi adalah Reptilia (L)
Dan diperoleh hasil yang sesuai pada kladogram hasil pengamatan dengan jumlah S=29, CI sebesar 96,55% atau 0,9655 dan perhitungan RI sebesar 85,7% atau 0,857. Consistensi Index (CI) dan Retention Index (RI). Bila nilai CI mendekati atau sama dengan 1 berarti dalam kladogram tersebut homoplasinya sangat rendah atau tidak ada sama sekali, dan bila mendekati atau sama dengan 0 berarti homoplasinya sangat banyak.
Cara penghitungan CI yaitu CI = = 96,55 % atau 0,9655 Dan cara perhitungan RI = 85,7 % atau 0,857. Perhitungan CI ini berfungsi untuk mengukur jumlah relatif homoplasi dalam sebuah kladogram. Dan RI ini mengukur proporsi synapomorphy yang diharapkan dari suatu kumpulan data yang disimpan sebagai synapomorfi pada sebuah pohon filogeni. Dengan kata lain RI adalah ukuran proporsi kesamaan pada sebuah pohon filogeni. Dari sini, dengan melihat nilai CI maka diketahui bahwa tingkat homoplasi pada kladogram animalia tersebut sangat rendah. Berdasarkan hal ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Regnum Animalia merupakan takson monofiletik karena semua anggota Regnum Animalia berasal dari organisme yang sama. Kemudian takson Avertebrata dan Vertebrata merupakan takson monofiletik dan berada pada jenjang subfilum. Perbedaan karakteristik merupakan hasil evolusi biologi yang dapat digunakan untuk menyusun pohon filogeni.
KESIMPULAN
Dari hubungan filogeni diatas dapat disumpulkan bahwa cranium yang paling plesiomorfi adalah Porifera (A) sedangkan yang paling apomorfi adalah Reptilia (L) yang memiliki hubungan kekerabatan dengan nilai CI sebesar 96,55% dan RI sebesar 85,7%. Nilai CI ini menujukkan bahwa hubungan kekerabatan antar hewan tersebut memiliki tingkat homoplasi yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Bambang. 2011. Biosistematika. Surabaya: Departemen Biologi FST UNAIR.
Ostrom, J. H. (1976). "Archaeopteryx and the origin of birds". Biological Journal of the Linnean Society 8 (2): 91–182
West-Eberhard, Mary Jane.2003. Developmental Plasticity and Evolution. Oxford Univ. Press. pp. 353–376.
Komentar
Posting Komentar